Saturday, November 2, 2013

Penghulu Bagai Angin Lalu

Sebenarnya urusan KUA lebih penting dari urusan yang lainnya, karena kalo ini ngga beres bisa runyam semuanya. Syarat-syarat nikah pasti sudah banyak yang posting dan bisa di-googling dengan mudah, cuma saya disini mau cerita pengalaman saya dengan pasangan saat berurusan dengan KUA dan petugasnya.
Saya dan suami cuma kasih semua syarat-syarat ke orang tua dan diurusin sama orang tua dan pak kaum (orang yang ngurus-ngurus pernikahan di desa). Jadi pas saya dan pasangan pulang sudah beres dan tinggal daftar ke KUA aja.
Dari semua syarat-syarat yang dikasih, katanya format fotonya salah. Saya dan pasangan harus foto bareng (nggak boleh pisah-pisah pake pas foto)di tukang foto yang udah jadi rekanan si KUA dengan alasan takutnya pasangan yang didaftarin sama aslinya ternyata beda atau menipu. Tapi ternyata pas ditanyain ke petugas KUA-nya boleh kok pas foto terpisah dengan ukuran 2x3. Kan yang penting petugas KUA-nya sudah liat wujud saya dan suami seperti apa, masak iya kita mau nipu atau pake calo buat nikah.
Di banner KUA ditulis kepengurusan administrasi pernikahan mudah dan hanya 15 menit. Ya 15 menit. Tapi faktanya kita 2 jam nunggu di KUA sampe salah tingkah dengan alasan laptopnya rusak dan software buat daftarin pernikahannya harus diinstal lagi. Oh my, lama sekali sampe saya mau ngusulin ke petugas KUA-nya coba diliat sama pasangan saya yang sarjana komputer, jangan-jangan rusaknya sepele tapi yang reparasi ngga ngerti. Setelah menunggu, akhirnya petugas dateng, tapi curiga kayak habis kondangan deh bukan habis benerin laptop. Tapi yasudahlah, yang penting urusan cepet selesai.
Saya kira ngurus nikah hari Minggu dari H-1 bulan di daerah itu santai. Artinya antrian nikahnya nggak banyak karena rata-rata kalo di kampung kan nikah hari-hari kerja. Saya sama pasangan sih pengennya jam 8 nikahnya karena jam ideal banget. Udah gitu undangan udah dicetak, akad nikah jam 8 dan resepsi jam 11. Tapi ternyata oh ternyata antriannya sudah numpuk. Udah ada yang ‘booking’ penghulu jam 8 dan jam 9. Tadaaa, gimana ini? Saya ngga bisa mikir. Akhirnya tersisa jam 10. Udah maksa penghulu jam 7 tapi mereka nggak mau dengan alasan kepagian dan itu hari Minggu.
Akhirnya (unuk sementara) ditulis dulu jam 10. Tentatif banget sih ini jamnya karena bisa jadi tambah molor. Soalnya jam 11 di undangan itu udah ngga bisa diganggu gugat, apalagi kita pake upacara adat yang lama. Tukang rias malah ngusulin akad nikahnya ganti hari Sabtu malemnya aja. Alamak, undangan udah dicetak masa diubah lagi. Ribet ah! Untuk sementara ini diterima aja jam 10 dulu.
Buat biaya nikah dan KUA, saya selalu gembar-gembor kalo biayanya cuma 30 ribu rupiah. Itu kenapa nikah tuh murah. Yang mahal resepsinya ato ngga kalo ada oknum penghulu yang ‘nakal’. Ngomong-ngomong soal penghulu ‘nakal’, sepupu saya sampai habis sejuta lebih buat daftar dengan alasan biaya wali (karena dia mualaf dan ayahnya non Islam) dan biaya nikah. Mahalnyaa.
Biaya nikah kali ini 300ribu. Mahal? Enggak buat saya, tapi ini udah 10 kali lipat dari biaya nikah aslinya. Kata ibu petugas KUAnya ini sudah biasa, harga standar kalo mau menikah di rumah. Dia agak canggung pas ngomong gitu, mungkin keder juga sama saya yang dia tau adalah wartawan, dan calon suami yang juga kerja di media. Saya bayar aja 300ribu, namun jangan harap akan senang karena uang itu plus uang ‘intervensi’ esok harinya, hahaha.
Iya intervensi ibu saya yang datang ke KUA sama bapak saya beberapa hari kemudian buat ‘maksa’ si penghulu mau ubah jam jadi jam 7. Setelah dipaksa, si penghulunya mau tanpa biaya tambahan (masih tetep 300ribu tapinya) dengan alasan nggak enak sama saya dan calon suami yang wartawan, takut kenapa-napa (padahal saya juga ngga ngapa-ngapain, hahaha). Si penghulu juga nggak enak mau minta uang bayaran lagi (dengan alasan nggak enak dan takut) dan si ibu juga udah berkomitmen nggak akan ngasih dia ‘tip’ habis nikahin saya ntar. Cukup 300 ribu itu. Tapi si penghulu mengajukan syarat, kalo ngga tepat jam 7 alias telat, maka dia akan pergi dulu dan balik lagi buat ijab kabul jam 10. Oke deh pak siap.

Oya, kata ibu, selama dia ‘intervensi’ di KUA itu si penghulu malah curhat kalo uang 300 ribu itu selain buat administrasi nikah juga buat beli gula, kopi, teh, sama bayar listrik di KUA. Bayar listrik? Emang ngga dikasih anggaran sama dinas yg membawahinya? Si penghulu jadi ngga enak sama ibu (takut diberitain ato ngga dilaporin KPK sama anaknya kali ya). Mudah-mudahan si penghulu ke depannya bisa sadar ya karena kalo di kampung selisih 270 ribu itu sangat berharga dan kalo masih tetep nyatut apalagi lebih mahal, boleh juga tuh kapan-kapan ‘disenggolin’ dikit ke KPK, hahaha.

-kaniara-

Jeprat Jepret di Waktu Mepet

Bagi saya, foto adalah barang yang tahan lama. Jadi, merogoh kocek agak dalam untuk mendapatkan foto yang bagus saat pernikahan adalah kepuasan tersendiri. Foto, mungkin suatu hari bisa menjadi alat peredam penuh kenangan jika kami berantem hebat. Oleh karenanya, saya sangat selektif untuk memilih vendor foto buat prewedding dan wedding. Oya, buat saya foto dan make up adalah dua hal yang esensial. Prinsipya, jika make up kamu nggak begitu bagus, siasatilah dengan vendor foto yang bagus yang sanggup ‘mencantikkan’ atau ‘menggantengkan’ kamu. Tapi jika make up kamu sudah bagus, apalagi kelas internasional, maka nggak perlu terlalu bawel buat vendor yang satu ini.
Ada beberapa teman yang menawarkan, namun tentulah kita pilih pilih. Selain cocok di harga dan hasil foto, ternyata kecocokan jadwal juga diperlukan mengingat lokasi pernikahan kami yang jauh dan ada beberapa acara yang memakan waktu beberapa hari. Maka sang fotografer pun harus yang punya waktu fleksibel.
Pilihan kami pun jatuh pada vendor Empty Box Photo yang isinya ternyata teman-teman suami saya. Buat foto prewedding kami pilih di Bogor, pertimbangannya adalah simple, biar gampang dapet lokasi fotonya. Pokoknya yang simple dan nggak berbelit-belit perizinannya, apalagi kalo sampe harus ngeluarin ID Card sama seragam. Temanya pun simple, pokoknya yang satu pake baju resmi aja, yang satu konsepnya jalan-jalan kota.
Saya yang waktu itu lagi ribet mau dinas luar kota ke Sidoarjo, cuma modal baju sama make up yang simple. Boro-boro mau mikirin gaya ini itu, nggak sempet. Untung sang fotografer sabar mengarahkan harus begini harus begitu. Walopun pikiran saya di Sidoarjo (mikirin hotel yang belum dapet, narsum yang nggak ada bayangannya, sama rental mobil yang belom jelas), tapi so far ternyata jadinya bagus euy.
Buat lokasi foto ada dua tempat yaitu di Coffee Pot Café, izinnya gampang karena cukup beli senilai Rp 250.000 maka kita sudah bisa jeprat jepret di dalemnya. Tempatnya juga nyaman, mau ganti baju ataupun solat gampang. Sementara lokasi kedua di Stasiun Bogor dan sekitarnya. Konsepnya traveler gitu, pake baju Trackpacking sekalian buat promosi juga, hihihi. Tapi sejauh ini ternyata foto pre wedding itu melelahkan ya. Padahal ini konsep, make up, sama kostumnya simple. Nggak kebayang kalo yang harus pake baju pengantin menjuntai-juntai dan make up tebal, rempong banget pastinya. But overall, thanks Okku dan Ade yang sudah jadi fotografer kita dan sabar mengarahkan ini itu..

Berikut beberapa foto-foto prewedding saya..






-kaniara-

Undangan Biru

Kedengarannya kayak lagu dangdut ya, tapi sudahlah ngga apa-apa. Oya, hari ini jadi kepengen posting blog lagi tentang step pernikahan (walaupun udah empat bulan pernikahan tapi ngga apa-apa lah ya)gara-gara baca tentang Royal Wedding puteri Sultan HB X, hihihi.
Undangan nikah biasanya identik dengan undangan yang mewah dengan kertas mahal dan tulisan berukir tinta emas. Tapi sebelumnya saya dan pasangan sempat survey harga undangan di percetakan di daerah rawamangun, ternyata yang bagus (hard cover) dan bertuliskan tinta emas mahal juga ya.
Pasangan saya adalah orang yang antimainstream, jadilah dia nggak mau undangan nikah yang ‘kaku’. Kita pengen punya konsep undangan yang ‘kita banget’. Akhirnya kita browsing berbagai jenis undangan di internet dan menemukan satu konsep undangan yang belum begitu pasaran di orang-orang. Kami menemukan konsep undangan yang unik di www.icknatia-adv.com. Di situ ada berbagai konsep undangan karikatur yang full color. Setelah add bbm si empunya, Mas Danang, akhirnya kita kontak-kontakan. Ada berbagai tahap yang harus dilalui. Kamipun mendesain sendiri model, warna, kata-kata, sampai konsep karikaturnya. Mas Danang pun dengan sabar meladeni kemauan kami.
Selain unik, undangan yang kami bikin juga cukup murah untuk ukuran undangan nikah. Hitungan per lembarnya hanya Rp 3.500. karena puas dengan hasil cetakan undangan nikahnya, kami pun pesan lagi untuk undangan ngunduh mantu. Masih dengan harga yang sama, tapi kali ini dikasih free onkir dari Mas Danang.
desain luar
desain dalam
Sementara buat bikin label nama, kita nggak mau ribet dengan bikin lagi di percetakan. Kami ngeprint sendiri labelnya. Caranya gampang, tinggal beli aja label nama undangan nomer 103 di toko alat tulis, browsing formatnya di internet, ditulis nama-nama yang diundang, dan tinggal di-print deh. Tadaaa..nggak perlu repot dan mahal maka sudah jadi label nama undangannya.oya, ngeprintnya harus telaten dan hati-hati ya biar hasilnya bagus. Selamat mencoba. 

-kaniara-