Sibuk mempersiapkan apa saja yang
diperlukan buat hari H pernikahan kadang membuat kita justru lupa sama hal yang
satu ini. Pastikan jangan hamburkan isi tabungan buat pesta yang berlangsung
hanya beberapa jam kalo akhirnya mau terus menerus tinggal di PMI (Pondok
Mertua Indah) atau jadi kontraktor alias pengontrak seumur hidup. Yang pasti sisakan
tabungan buat ngontrak setahun dua tahun atau malah langsung aja DP rumah.
Pacar saya pengen kalo udah
menikah tinggal juga bareng adeknya, yang pasti kita membutuhkan hunian dua
kamar donk. Cari kontrakan itu gampang-gampang susah. Ada rumahnya, harganya
ngga cocok karena kemahalan. Ada rumahnya, harga cocok, lingkungan nggak cocok
karena rawan banjir atau kebakaran atau kriminal atau macet. Harga oke,
lingkungan oke, tapi rumahnya cuma satu kamar. Begitulah problemnya tinggal dan nyari kontrakan di
Jakarta. Intinya cari kos-kosan atau kontrakan di Jakarta itu by recomendation atau harus rekomendasi dari orang jadi ngga nyisir daerah satu-satu, kayak mau sensus penduduk.
Saya dan pasangan tadinya pengen
tinggal di apartemen di Pulogadung (karena lokasi tempat kerja saya di
Pulogadung). Pertimbangan tinggal di apartemen adalah aman dan ada pilihan tipe
yang 2BR atau dua kamar tidur. Tapi setelah disurvey teryata selain udah penuh,
apartemennya kumuh dan mirip rumah susun karena kebanyakan orang dan
mikir dua kali buat saya yang punya barang-barang seabrek dan demen menyimpan
‘sampah’. Belum lagi biaya maintenance-nya per bulan
juga mahal euy.
Eh pas di tengah kegalauan dalam
mencari tempat tinggal, tante saya menawarkan kontrakan punya Bu Haji
tetangganya. Nggak gede sih tapi pas lah buat keluarga kecil. Kontrakannya bisa
dibikin dua kamar, cukup gede (lebih tepatnya memanjang) dan ada halaman dan
pagernya (jadi kalo buka pintu nggak langsung jalanan). Lokasinya memang nggak
dekat banget sama kantor, tapi paling nggak kalo naik motor bisa 10 menitan dan
naik kendaraan umum 30-45 menit. Pas juga buat suami saya yang lokasi kerjanya
berlawanan sama saya. Yang pasti saya sudah tahu lingkungannya, aman, bebas
banjir, dan banyak tukang jajanan yang lewat (karena saya suka jajan). Lokasinya juga strategis, ke ITC Cempaka Mas 5 menit pake motor ato bajaj, ke pasar deket tinggal jalan aja, ke Stasiun Senen juga deket, tempat makan di sekitarnya juga banyak. Ditambah lagi banyak sodara di kanan kirinya, jadi berasa hangat aja gitu lingkungannya.
Jadilah saya dan pasangan memilih
rumah itu. Harganya yang harusnya 12 juta jadi 10,5 juta aja karena ditawar sama tante saya yang temen ngajinya si Bu Haji. Yah cocoklah buat saya dan suami yang masih dalam tahap
menabung buat membeli rumah sendiri di tengah harga property di Jakarta yang semakin melambung tinggi dan nggak logis (jadi curcol). Oya, tips dari saya buat pasangan yang
akan menikah dan tinggal mandiri, urusan rumah atau tempat tiggal jangan
disepelekan. Jadi kalau bisa dapet sebelum acara perkawinan berlangsung, biar
nggak ada beban.
-kaniara-