Sunday, September 1, 2013

Mau Tinggal Di Mana Kita?

Sibuk mempersiapkan apa saja yang diperlukan buat hari H pernikahan kadang membuat kita justru lupa sama hal yang satu ini. Pastikan jangan hamburkan isi tabungan buat pesta yang berlangsung hanya beberapa jam kalo akhirnya mau terus menerus tinggal di PMI (Pondok Mertua Indah) atau jadi kontraktor alias pengontrak seumur hidup. Yang pasti sisakan tabungan buat ngontrak setahun dua tahun atau malah langsung aja DP rumah.
Pacar saya pengen kalo udah menikah tinggal juga bareng adeknya, yang pasti kita membutuhkan hunian dua kamar donk. Cari kontrakan itu gampang-gampang susah. Ada rumahnya, harganya ngga cocok karena kemahalan. Ada rumahnya, harga cocok, lingkungan nggak cocok karena rawan banjir atau kebakaran atau kriminal atau macet. Harga oke, lingkungan oke, tapi rumahnya cuma satu kamar. Begitulah problemnya tinggal dan nyari kontrakan di Jakarta. Intinya cari kos-kosan atau kontrakan di Jakarta itu by recomendation atau harus rekomendasi dari orang jadi ngga nyisir daerah satu-satu, kayak mau sensus penduduk.
Saya dan pasangan tadinya pengen tinggal di apartemen di Pulogadung (karena lokasi tempat kerja saya di Pulogadung). Pertimbangan tinggal di apartemen adalah aman dan ada pilihan tipe yang 2BR atau dua kamar tidur. Tapi setelah disurvey teryata selain udah penuh, apartemennya kumuh dan mirip rumah susun karena kebanyakan orang dan mikir dua kali buat saya yang punya barang-barang seabrek dan demen menyimpan ‘sampah’. Belum lagi biaya maintenance-nya per bulan juga mahal euy.
Eh pas di tengah kegalauan dalam mencari tempat tinggal, tante saya menawarkan kontrakan punya Bu Haji tetangganya. Nggak gede sih tapi pas lah buat keluarga kecil. Kontrakannya bisa dibikin dua kamar, cukup gede (lebih tepatnya memanjang) dan ada halaman dan pagernya (jadi kalo buka pintu nggak langsung jalanan). Lokasinya memang nggak dekat banget sama kantor, tapi paling nggak kalo naik motor bisa 10 menitan dan naik kendaraan umum 30-45 menit. Pas juga buat suami saya yang lokasi kerjanya berlawanan sama saya. Yang pasti saya sudah tahu lingkungannya, aman, bebas banjir, dan banyak tukang jajanan yang lewat (karena saya suka jajan). Lokasinya juga strategis, ke ITC Cempaka Mas 5 menit pake motor ato bajaj, ke pasar deket tinggal jalan aja, ke Stasiun Senen juga deket, tempat makan di sekitarnya juga banyak. Ditambah lagi banyak sodara di kanan kirinya, jadi berasa hangat aja gitu lingkungannya.
Jadilah saya dan pasangan memilih rumah itu. Harganya yang harusnya 12 juta jadi 10,5 juta aja karena ditawar sama tante saya yang temen ngajinya si Bu Haji. Yah cocoklah buat saya dan suami yang masih dalam tahap menabung buat membeli rumah sendiri di tengah harga property di Jakarta yang semakin melambung tinggi dan nggak logis (jadi curcol). Oya, tips dari saya buat pasangan yang akan menikah dan tinggal mandiri, urusan rumah atau tempat tiggal jangan disepelekan. Jadi kalau bisa dapet sebelum acara perkawinan berlangsung, biar nggak ada beban.


-kaniara-

No comments:

Post a Comment